Tidur, Mimpi, dan Rahasia Otak: Mengapa Kita Bermimpi dan Apa Pengaruhnya dalam Kehidupan?

Film Inception bercerita tentang orang-orang yang bisa mengendalikan mimpi mereka. Dalam salah satu adegannya, Aryadne salah satu tokoh tidak sadar kalau dia sedang bermimpi sampai diberitahu oleh Kob, tokoh utama yang diperankan Leonardo DiCaprio. Kob sengaja membuat Aryadne sadar dalam mimpinya supaya dia bisa belajar mengendalikan mimpi, misalnya mengubah bangunan di dalam mimpi. Aryadne dilatih karena dia akan membantu Kob menjalankan misi besar: menanamkan ide ke dalam pikiran seseorang lewat mimpi, yang disebut inception.


Sains di balik mimpi disebut oneirologi. Film Inception terinspirasi dari fenomena mimpi sadar atau lucid dreaming, yaitu kondisi di mana kita sadar sedang bermimpi walaupun masih berada di dalam mimpi. Fenomena ini bukan tahayul atau mistis, karena sudah banyak penelitian ilmiah tentangnya. Bahkan, peneliti sudah bisa berkomunikasi dengan orang yang sedang bermimpi secara langsung di laboratorium.


Selama ribuan tahun, manusia penasaran tentang mimpi. Banyak yang bilang mimpi hanya bunga tidur, tapi ada fakta menarik: saat bermimpi, semuanya terasa nyata sampai kita bangun. Filosof Tiongkok, Zuangzu, pernah bermimpi jadi kupu-kupu. Saat bangun, dia bertanya-tanya: "Apakah saya bermimpi jadi kupu-kupu, atau kupu-kupu yang bermimpi jadi saya?" Filosof Barat, René Descartes, juga mengatakan mimpi membuat kita mempertanyakan kenyataan, karena saat bermimpi semua indera kita terasa bekerja seperti di dunia nyata.


Sigmund Freud, bapak psikologi, mengatakan mimpi adalah keinginan tersembunyi dari alam bawah sadar kita. Menurut Freud, kepribadian manusia terdiri dari tiga bagian: id (keinginan), ego (akal sehat), dan superego (moral). Saat bermimpi, bagian otak yang mengatur ego dan superego tidak aktif, sehingga keinginan (id) bisa bebas keluar. Hal ini dibuktikan sains: saat tidur, bagian otak prefrontal cortex (akal sehat) dan orbital frontal cortex (moral) tidak aktif, yang aktif justru amigdala (pusat emosi dan insting).


Penelitian tentang tidur dan mimpi mulai berkembang sejak tahun 1950-an, ketika ditemukan fase tidur REM (Rapid Eye Movement). Pada fase ini, mata bergerak-gerak cepat walaupun tertutup, dan otak sangat aktif seperti saat bangun. Di fase REM inilah mimpi terjadi. Peneliti menggunakan alat EEG (untuk merekam aktivitas otak) dan EOG (untuk merekam gerakan mata) untuk mempelajari ini. Jika seseorang dibangunkan saat fase REM, hampir pasti dia sedang bermimpi. Dalam tidur normal, kita mengalami sekitar 4-5 kali fase REM dalam 8 jam tidur, artinya kita bisa bermimpi beberapa kali setiap malam.


Ada juga orang yang jarang atau merasa tidak pernah bermimpi. Sebenarnya, hampir semua orang bermimpi, hanya saja kita lupa jika tidak terbangun saat fase REM. Namun, ada juga orang yang bisa sadar dalam mimpinya (lucid dreaming), bahkan bisa melatih diri untuk melakukannya. Penelitian menunjukkan, lucid dreaming bisa diuji di laboratorium. Misalnya, peneliti meminta relawan untuk memberi kode dengan gerakan mata saat sadar dalam mimpi, dan hasilnya mereka benar-benar bisa melakukannya.


Lalu, apakah kita bisa menanamkan ide ke orang lain lewat mimpi seperti di film Inception? Secara langsung seperti di film memang belum bisa, tapi sains sudah membuktikan bahwa kita bisa mempengaruhi mimpi orang lain dari luar. Dalam eksperimen, peneliti memberikan aroma tertentu saat seseorang tidur untuk mempengaruhi ingatan dan asosiasi mereka. Misalnya, aroma kayu cemara bisa membuat seseorang lebih mudah mengingat binatang, sedangkan aroma mawar berhubungan dengan rumah atau bangunan. Bahkan, eksperimen serupa pernah dilakukan untuk membantu orang berhenti merokok dengan memberikan bau tidak enak saat tidur.


Poin pentingnya, tidur sangat penting untuk otak, terutama untuk konsolidasi memori. Saat tidur, terutama di fase REM, otak memindahkan ingatan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Penelitian menunjukkan, orang yang cukup tidur setelah belajar akan lebih mudah mengingat informasi dibanding yang kurang tidur. Jadi, tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan otak dan kemampuan belajar kita 

Post a Comment

Previous Post Next Post